Postingan

Lubang yang Sama, Lagi.

 I didn't expect anything of us. As I said, those expectation, killing me somehow. Kita tahu dan mengerti bahwa perjalanan masing-masing dari kita masih sangatlah panjang. Entah aku yang terlalu bodoh, atau aku memang bodoh. Bahwa aku kembali terjungkal pada lubang yang sama. Aku tidak berharap banyak untuk berubah, tapi.... Akankah tetap sama atau mungkin saja?

11.00 malam.

 otak ku bekerja dengan sangat tidak baik setelah bertemu dengan mu. melihatmu tertawa lepas bersama teman-teman mu, meskipun nampak letih matamu, aku mulai lelah. demi Tuhan, aku merindukan baumu.

Batas Kesabaran

 Jakarta, 16 Agustus 2021 Lelah dan melelahkan. Terkadang, Aku hanya ingin melihat mu duduk di sebelahku, Tanpa adanya kata yang terucap. Lelah dan melelahkan, Bahkan, Untuk memintamu lebih banyak bercerita, Aku harus memprosesnya berulang kali. Lelah dan melelahkan pun, Ketika aku memilih untuk berhenti, Aku sendiri mungkin tak sanggup, Apakah batas kesabaran ku sudah berujung?

Berharap Terang

27 Maret 2021, Di mulailah perjalanan panjang kali ini, Bukan lagi berharap pada mentari pagi yang akan menyapaku, Tapi teduh sore sahabat di ibukota, Hanya sekedar harapku. Aku masih berharap bahwa entah kapan itu, kita akan bertemu di persimpangan jalan. Tanpa aku memaksa untuk menemuimu.  Dhil, tidak bisakah aku menunggu mu saja? Aku tau bukan tidak bisa, aku percaya Tuhan memberiku rasa ini atas izinnya. Pun ketika aku memilih untuk tetap bersandar di dermaga sepimu, aku memiliki kepercayaan bahwa Tuhan yang memintaku bersabar. Atas apapun nanti yang akan terjadi, aku masih tidak dapat menggambarkan apapun yang akan aku hadapi. Aku percaya kamu tahu, aku percaya kamu pun paham. Hanya benar benar aku tidak dapat memahami apa yang sebaiknya aku lakukan.

Hasel.

Hari ini aku berjanji bertemu dengan Fona, akan tetapi terlambat. Ethikopia, one of coffee shop yang selalu jadi tempat pelarian, bertemu, dan berpisah. Dan kami bertemu disini. Hasel, hari ini aku memesannya. Dua bulan terakhir ini aku merasakan kekosongan yang luar biasa. Rasanya aku hanya berkutat dengan menghirup nafas, makan, berbaring dan itu berputar putar terus. Tidak ada hal yang menggairahkan yang bahkan terasa. Aku merindukanmu. Hasel hari ini seperti membawa ku untuk menulis sesuatu tentang mu. Kamu baik baik saja kan? Setelah aku keluar dari tempat itu dan kamu memilih untuk menyerah, sebenarnya ada banyak sekali yang aku lakukan. Tetapi sepi. Saat itu aku ikut banyak kali rekrutmen asal kau tau. Pertama Ruang Guru, tapi honestly aku memang tidak berharap banyak dari ini, jadi tentu saja hasilnya tidak ada. Lalu BI, ga nyangka aja sih bisa lolos jauh sekali sampai sejauh ini. Tapi hasilnya juga belum, karena ya aku sendiri merasa masih banyak sekali kurangnya, dan kalau su...

Jena

 Aku mendaki mu,  Jauh sampai patah kaki, Sedang kau mati suri, Berdendang Sendiri. -Tuhan Sebut Sia-sia- Aku boleh bertanya? Apa yang kamu lakukan di Jogja? Sedang apa dengan segala storymu itu? Memang sebuah hak untuk mu untuk memposting segala hal di media sosial mu, tapi bukankah itu hal yang sangat tidak sopan ketika kau bertandang ke kota ini tanpa menyapaku sekalipun. Apa yang tengah salah dengan hubungan kita saat ini? Berengsek memang. Apa yang salah dengan mengungkapkan keinginan ku? Kalau kamu mau kamu sangat boleh mengutarakannya. Toh memang pada akhirnya kamu yang akan memutuskan, aku tidak bisa melakukan hal yang bukan menjadi ranahku bukan. Ah aku sudah mulai melantur. Kalaupun seandainya kamu menjadi pembaca disana, katakan. Apapun itu, aku ingin melihat itu langsung dari mu. Aku ingin mengetahui kenapa, apa, dan bagaimana hal itu berjalan suram. Maafkan aku tidak lagi memiliki platform untuk berkeluh kesah, And I only have you, blog. It really wasnt easy thing...

Green Tea Latte

Kalau boleh aku mengatakan, doa yang tidak pernah tidak aku ucapkan adalah, aku tidak ingin lagi-lagi kembali terperanjat jatuh dalam hal yang selalu aku sesali seumur hidupku. Sejujurnya aku masih belum mampu untuk berkata manis, jadi ijinkan aku menuang hal yang sungguh melelahkan ini. Akan aku buka. Apa sebenernya mau mu? Kalau aku rindu dan mengatakan pada Tuhan untuk membawamu kembali, akan jadi seperti apa sebenarnya kisah ini? Jika aku tidak lelah untuk menangis, apa mungkin? Kalau aku masih tidak mampu belajar dari hal yang ribuan kali berulang dan berulang, apakah aku masih tetap salah karena mencintaimu? Dhil, Aku rindu. Aku lelah jika harus mengatakannya berulang kali bahwa aku rindu, Aku lelah jika menangis karna hanya itu yang aku lakukan saat ini. Tidak bisakah? Apalagi?