KAWIF #2


Seperti biasa, aku bangun pukul 6 pagi kebiasaan buruk dan belum bisa aku rubah. Ketika semua siap lekas aku berangkat bersama kakak ku. Dia sekarang duduk di kelas 2 SMA Negeri 1 Sinduadi, sekolahnya berada tepat disampingku.

Setelah 15 menit perjalanan, aku mulai menginjakkan kakiku diplataran sekolahku. ‘Hari ini hari apa sih ya? Sepi banget. Masih suasana liburan, mungkin mereka masih mengingkan libur’ batinku.

Hari Senin, hari pertama sekolah. Ku lihat Fryda, Sita, Tata, Rendana dan beberapa sosok yang tidak terlalu akrab denganku telah duduk rapi di bangku biasa. Aku langsung duduk ditempat biasa, nomor 2 dari belakang samping kanan. Tempat favoritku

Nothing special today, aku hanya merasa aneh dengan tingkah beberapa anak disudut sana-sini. Entah mengapa aku mulai merindukan seseorang. Bukan Fadli, tapi sosok lama yang hingga saat ini belum bisa aku lupakan. Entahlah, rasa kepada Fadli ini.. seperti hanya kekaguman karna keunikannya, tidak lebih. Entahlah, aku belum bisa memantapkan pilihan ku. Tapi ya, aku belum sepenuhnya mengenal siapa aku. Biarkan semua ini berjalan seperti sewajarnya.

“Hooi! Esuk-esuk kok ngalamun” suara sahabatku mengagetkanku.

“Mbak e, mbok biasa wae. Santé hlo” jawabku sedikit kesal.

“Haha, iyaiya maaf. Janganlah marah. Oiya, maaf ya sms mu semalem nggak tak bales, biasalah. Lagian juga hari ini juga ketemu kan sama dia?”

“Hmm”. Ani duduk dibelakangku, dan ya aku belum ingin untuk meneruskan pembicaraanku. Aku masih ingin melamun sendiri, tapi kuurungkan niat ku. Laki-laki itu datang. Melewati pintu kelas dengan, ya langkah super santai yang membuatnya terlihat sedikit miring. Itulah anggapan teman-temanku.

“Tuh anaknya udah dating” tegur Ani membuyarkan semua tentangnya.

“Trus? Keluar yuk. Gerah dikelas. Yuk kita sambut teman-teman kita yang belum datang” senyum merekah terkembang dalam wajahku. Aku mulai berjalan keluar diiringi dengan beberapa teman yang mendengar ucapanku.

Aku bersama – sama dengan mereka
Tak hanya aku disana
Namun rasaku berbeda
Seperti jiwaku tak disana, hanya ragaku
Entahlah, aku merasa harus terlelap sekarang juga
Terbangun, ketika sosok itu membangunkanku
Bukan orang lain lagi

***