Aku Tak Pernah Berfikir Untuk Mengambil Kebahagian Mu

Hai teman.
Aku berharap, saat memori ini dibaca, kamu juga bisa mendengarnya.
Saat itu, entah penyakit ku kambuh lagi atau seperti apa aku juga tidak mengerti. Yang aku tau, aku sangat merindukanmu, K. Tanganku langsung saja memencet tombol kirim di layar hpku setelah aku menuliskan “I Miss You BoyJ” . Aku tau dan aku sangat sadar, sesering apapun aku mengirimkan pesan itu kepadamu, kamu tak akan pernah membalasnya, atau mungkin kamu akan langsung menghapusnya.
Mungkin, saat itu, Tuhan sedang berbaik hati padaku. Ku terima sms dari temanku yang mengatakan kamu akan tampil disebuah acara, dan mungkin ini pertemuan pertama kita setelah 2 tahun kita tidak pernah bertemu.

Jika kalian mengatakan lebay ataupun alay, akupun merasakan seperti itu, tapi entah, aku hanya mencintainya. Kebiasaan burukku adalah, lupa waktu. Pukul 12 aku belum bersiap, padahal acaranya mulai jam 1.

Kamis, 26 Juni 2014, pukul 12.30 WIB, aku bergegas mengendarai motor kesayanganku dari pelosok Tempel menuju rumah temanku di Jalan Parangtritis. Aku merasa, hari itu aku akan benar-benar mengelilingi Jogja haha. Sampai dirumah temanku, aku rasa itu sudah pukul 1 siang, dan aku merasa semuanya akan sia-sia. Mungkin aku tidak akan menemukanmu disana, mungkin saja kamu sudah pulang, K.
Karna waktu liburan, Jogja pun menjadi macet. Aku bertambah kacau. Setiap kali aku mengeluh, temanku berkata “Kalau jodoh pasti ketemu kok, sabar,”. Ya bersabar, sabar yang terus aku miliki, dan mungkin sudah habis porsinya.

Dari jalan Parangtritis, sampailah aku disebuah gedung di daerah UGM. Hatiku sudah kacau. Aku memasuki gedung tersebut. Aku tau, adik dan teman-teman satu sekolah ku, juga sedang mengikuti pameran yang sedang berlangsung disitu, tapi aku enggan untuk masuk. Kekecewaan yang berulang kali membuatku kalut setiap kali memikirkanmu.
Tiba-tiba, adikku datang. Kemudian ada kakak kelasku yang juga menyapaku. Saat itu, Tuhan sangat mencintaiku. Aku tau itu kamu, iya itu kamu. Aku sontak memeluk adikku, temanku yang bersamaku pun tertawa dan mencoba memanggil temannya yang sedang bersamamu K. Aku mencegahnya, aku takut, aku takut sikapmu masih sama ketika terakhir kali kita bertemu, kamu lari.
Selama kurang lebih dua jam, aku menunggu waktu yang pas untuk menyapamu. Berputar mengelilingi gedung entah sudah berapa kali aku dan temanku lakukan. Akhirnya, saat penutupan, aku duduk dan melihatmu dari jarak puluhan meter. Aku merindukan suara mu itu K, kamu bernyanyi. Aku lupa, apa kamu pernah mau menyanyi untukku selama setahun kita bersama. Ah sudahlah. Selama beberapa menit kamu berada didepan, otakku memutar setiap detik yang pernah kita lalui bersama. Bodoh. Kata itu terlintas saja dipikiranku.

Satu jam lagi aku menunggu, hingga kamu berjalan keluar menuju motormu. Temanku menyuruhku untuk segera menyapamu sebelum kamu pulang. Tapi ketakutan itu selalu saja menghantuiku. Jantung berdebar, masih sama kencangnya seperti dulu jika kamu tau.
Nekat. Itu modalku hingga aku sampai disini. Aku berada didekatmu, setelah entah berapa lama aku tak bisa menyapamu. “Hai, kamu masih ingat aku?” hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutku. Kamu hanya tersenyum.

“Aku duluan ya,” dan kamu berlalu begitu saja.