-20-
Bersyukur dengan kehidupan yang kita sudah miliki? Sudahkah?
Bersyukur kepada Sang Pencipta terkadang aku lupa. Oh, sering.
Seringkali aku lupa, betapa nikmat hidup yang telah Allah berikan kepadaku. Nafas yang masih Ia hembuskan tiap detik kepada ku, kebahagiaan yang mungkin orang lain tak dapat nikmati dan waktu yang Ia selalu berikan.
Malam ini aku kembali, kembali terkurung dalam cerita yang sama. Lagi-lagi tentangnya, tidak ada yang lain.
"Selamat Ulang Tahun Kev! Best wishes always for you..." -send-
Hari ini dia berulang tahun, ke-18. Sekarang aku berharap menjadi yang terakhir, tidak sekedar menjadi orang yang terakhir mengucapkan kalimat itu, jika ini aku, aku akan berharap, aku terakhir selalu untuk mu. Abaikan lah kalimat itu. Ini pertama kalinya aku mengirimkan pesan itu pukul 23.59 di hari ulang tahunnya, biasanya.. aku menjadi yang pertama. Menunggu detik-detik pergantian waktu di hari ulang tahunnya. Kadang aku menelfonnya, berharap dia masih terjaga dan setidaknya aku akan mendengar kata halo dan suaranya yang ku rindukan.
"Kev, putus yuk.." tanpa melihatnya sama sekali aku mengatakannya, mataku lurus ke depan. Dia menatapku dengan garang.
"Ha? Apasih maksudnya? Kamu yang bilang kan?? Kita akan ngadepin semuanya bareng-bareng.. Semua dan apapun itu?" Suasana kelas memang ramai saat itu, kelas sedang kosong. Aku dan Kev duduk berdua dibelakang, berpegang tangan. Tepat setelah 2 bulan kami menjalankan hubungan yang aneh ini.
Aku kembali ke mejaku, mengambil buku kesayanganku, ku berikan padanya. Aku menatapnya. Ani melihat kami, saat yang tidak tepat, 'Maafkan aku An'. Dia berlari keluar dan samar aku mendengarnya menangis. "Bukan putus kita bener-bener nggak hubungan, aku lebih seneng tanpa kata itu.. lihat kan? Kita akan tetap selalu jadi kita, aku dan kamu, kita?".
Apa kejadian itu menyakitimu, Kev? Apa itu yang kau maksudkan dengan khilaf?
Aku masih tetap tak bisa bersyukur, pura-pura lupa dengan kewajibanku karna seorang lelaki itu. Meninggalkan Pencipta ku, marah karna Ia mengambilnya dariku, marah karna aku hanya bisa menatapnya jauh, menatapnya jauh tanpa ujung.
Mencintaimu, sama sekali bukan keinginanku. Aku selalu teringat saat pertama kali kita berhubungan. Aku hanya ingin menjadikan mu kakakku, karna aku selalu ingin punya kakak laki-laki dan semuanya terjadi. Kita jatuh cinta. Ingat seharusnya siapa yang ku suka? Temanmu.
Aku tetap masih menyalahkan Nya. Maafkan aku, ampuni pendosa yang mencintainya dan mengabaikan Mu.
Selamat Ulang Tahun. Maafkan orang satu ini yang tak pernah berhenti mengganggu mu. Terimakasih, untuk tiap waktu yang masih kamu sempatkan untukku. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun Kevi! Jaga dia Tuhan, jaga dia.
Bersyukur kepada Sang Pencipta terkadang aku lupa. Oh, sering.
Seringkali aku lupa, betapa nikmat hidup yang telah Allah berikan kepadaku. Nafas yang masih Ia hembuskan tiap detik kepada ku, kebahagiaan yang mungkin orang lain tak dapat nikmati dan waktu yang Ia selalu berikan.
Malam ini aku kembali, kembali terkurung dalam cerita yang sama. Lagi-lagi tentangnya, tidak ada yang lain.
"Selamat Ulang Tahun Kev! Best wishes always for you..." -send-
Hari ini dia berulang tahun, ke-18. Sekarang aku berharap menjadi yang terakhir, tidak sekedar menjadi orang yang terakhir mengucapkan kalimat itu, jika ini aku, aku akan berharap, aku terakhir selalu untuk mu. Abaikan lah kalimat itu. Ini pertama kalinya aku mengirimkan pesan itu pukul 23.59 di hari ulang tahunnya, biasanya.. aku menjadi yang pertama. Menunggu detik-detik pergantian waktu di hari ulang tahunnya. Kadang aku menelfonnya, berharap dia masih terjaga dan setidaknya aku akan mendengar kata halo dan suaranya yang ku rindukan.
"Kev, putus yuk.." tanpa melihatnya sama sekali aku mengatakannya, mataku lurus ke depan. Dia menatapku dengan garang.
"Ha? Apasih maksudnya? Kamu yang bilang kan?? Kita akan ngadepin semuanya bareng-bareng.. Semua dan apapun itu?" Suasana kelas memang ramai saat itu, kelas sedang kosong. Aku dan Kev duduk berdua dibelakang, berpegang tangan. Tepat setelah 2 bulan kami menjalankan hubungan yang aneh ini.
Aku kembali ke mejaku, mengambil buku kesayanganku, ku berikan padanya. Aku menatapnya. Ani melihat kami, saat yang tidak tepat, 'Maafkan aku An'. Dia berlari keluar dan samar aku mendengarnya menangis. "Bukan putus kita bener-bener nggak hubungan, aku lebih seneng tanpa kata itu.. lihat kan? Kita akan tetap selalu jadi kita, aku dan kamu, kita?".
Apa kejadian itu menyakitimu, Kev? Apa itu yang kau maksudkan dengan khilaf?
Aku masih tetap tak bisa bersyukur, pura-pura lupa dengan kewajibanku karna seorang lelaki itu. Meninggalkan Pencipta ku, marah karna Ia mengambilnya dariku, marah karna aku hanya bisa menatapnya jauh, menatapnya jauh tanpa ujung.
Mencintaimu, sama sekali bukan keinginanku. Aku selalu teringat saat pertama kali kita berhubungan. Aku hanya ingin menjadikan mu kakakku, karna aku selalu ingin punya kakak laki-laki dan semuanya terjadi. Kita jatuh cinta. Ingat seharusnya siapa yang ku suka? Temanmu.
Aku tetap masih menyalahkan Nya. Maafkan aku, ampuni pendosa yang mencintainya dan mengabaikan Mu.
Selamat Ulang Tahun. Maafkan orang satu ini yang tak pernah berhenti mengganggu mu. Terimakasih, untuk tiap waktu yang masih kamu sempatkan untukku. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun Kevi! Jaga dia Tuhan, jaga dia.