Surat yang Tertahan

Assalamu’alaikum.

Selamat sore kamu di ujung sana.
Baik kan? Alhamdulillah.

Aku ingin bercerita kisah ku pagi ini. Mau kah kau membacanya?
Aku kembali terbangun disaat semua orang sudah siap menyambut kehidupan mereka. 06.15 WIB. Kamu ingat? Akan ku ingatkan. Dulu, saat masih ada kita di antara aku dan kamu, bangun pagi adalah alasan ku untuk mendengar suara mu, ya menyuntikkan semangat dalam hidupku.

“Iya, iya udah bangun kok. Makasih kakJ”, senyumku akan terkembang begitu saja melihat namamu di layar handphone ku.
“Assalamu’alaikum. Jangan telat lo.”

I know, it’s been 5 years ago. And I can't forget every second when you and me still become US.
Ah sudahlah, aku akan kembali bercerita.

Aku sempat menjadi diri yang kuat Kak, tapi aku tak mampu bertahan tanpa kamu disini. Dunia ku semakin terjun bebas. Aku tidur malam, jam 1, jam 2, jam 3 adalah kehidupanku. Pukul 6 pagi adalah waktu Subuhku.
Jadi, aku ambil air wudhu dan memohon ampunan kepada-Nya. Setelah sarapan siap, aku biasanya kembali menarik selimutku, hari ini berbeda. Aku berjalan ke ruang tamu dan ke teras rumah. Aku merindukan udara pagi. Seperti biasa, hpku tak bisa terlepas jauh dariku. Aku berharap........ lupakan, its just a hope.
Ya, aku mulai memikirkan hal-hal yang tak akan sanggup kalian bayangkan. Dan aku memilih masuk ke dalam rumah dan mulai menulis. Yang aku ingin kamu tahu, aku merindukanmu. Bagaimana dengan mu?
Kak, tak bisakah kita seperti dulu?

Maafkan aku, aku bertahan dengan rasa yang sama. Maaf.
Aku tau, maaf pun percuma.