Nanti Saya Lanjutkan

"Jadi kapan?," tanyanya.
"Kau tidak ingin menatapku begitu? Kau tidak merindukanku sama sekali? Benarkah itu, sungguh."
Aku menatapnya lekat dalam diam. Tidak ada tatapan itu lagi. Matanya tak lagi sama, hatinya sudah berbeda. Aku tahu kamu ingin mendengar yang sudah kamu dengar, tapi sebenar-benarnya, aku ingin mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu sendiri. Dan aku akan menunggunya, entah hingga kapan itu, aku sendiri tidak tahu.

"Akan berapa lama kita diam seperti ini?" tanyanya.
"Apa kau pura-pura tidak tahu? Pura-pura tidak paham? Lihatlah aku, sebentar saja." Aku tarik wajahnya ke arahku. Kami saling menatap, tapi matanya hilang. "Tolonglah. Sebentar saja, dan katakan padaku apa yang ingin kamu ketahui." Aku menantikan matanya kembali. Dan yang aku lakukan adalah kembali berbohong. Segalanya baik-baik saja.

"Aku akan pergi sekarang, seperti keinginanmu."