Sembilu.
To: My One and Only Love
Kevi Abiyyu Widiatmoko
Hai, maafkan aku ehehe
Sungguh aku tidak sekuat itu,
Pagi ini, Ibuku kembali memarahiku. Seperti biasa, "Dek, bangun to, udah siang ini". Padahal pagi itu masih menunjukkan pukul 06.30. 'Ah, kenapa kamu harus menikah secepat ini sih,' pikirku. Kamu tau ngga sih Kev, kakakku sudah menikah hehehe dan ya seperti inilah, aku terkena amukan seluruh rumah, which is ma mom and dad. Tapi seperti biasanya jugaa heheh aku tidak langsung bangun dari tidurku, jadi aku hanya duduk di tempat tidur dan memainkan handphoneku. Aku baru terlelap 4 jam, mataku masih berat.
Setengah jam berlalu, akhirnya aku mendengar pintu depan rumahku sudah tertutup. Dan, aku kembali menyelimuti diriku dengan mimpi. Pagi ini, hawanya sangat membantuku mempercepat tidurku. Aku terlelap begitu saja.
Pejamkan mata bila,
Ku ingin bernafas lega.
Dalam anganku,
Aku berada di satu persimpangan,
Jalan yang sulit ku pilih,
-sebenarnya aku melupakan part ini, aku samar mengingatnya-
"Kev, bentar aku mau ngomong," panggilku ketika melihatmu ditengah orang-orang itu.
"Iya, aku tunggu. Masih lama kan, nanti aku disana,"
"Oke, tunggu ya."
Iya, setelah sekian lama aku menantikan hari ini, sampailah pada hari ini. Aku masih berkutat dengan kegiatanku. -sumpah aku lupa ada acara apa, tapi dirumahku-. Aku melihatmu tertawa bahagia diujung sana bersama-sama teman-teman. Kalian pasti sedang bernostalgia tentang masa lalu ya?
"Hai,"
"Hai, udah?" sapamu dengan renyah.
"Iya," aku memberanikan diri memegang tanganmu
"Kenapa?" tanyamu sembari membiarkan tanganku bertautan dengan tanganmu.
Aku masih membisu, merasakan kebahagian yang sedang terjadi, aku tidak ingin melepaskannya, sungguh.
"Kita pindah kesana aja yuk, yang lebih sepi,"
"Boleh, kesana?'
"Iya, yuk," Kamu membiarkan aku menarikmu menuju tempat yang ku sebutkan.
"Mba ina, halooo, turut bahagia ya," Ah sial, bulekku menahanku. Aku membiarkanmu pergi terlebih dahulu,
"Halo Bulek, apa kabar? Terimakasih udah dateng ya Bulek, ayok makan dulu," Aku masih melihat bayangmu.
Hingga, aku merasakan sakit di ulu hatiku...
Dan mataku terbuka.
Mimpi.
Baiklah, terimakasih Kev, setidaknya aku melihatmu baik-baik saja.
Baiklah, terimakasih Tuhan. Jangan lagi, sudah cukup.
Kak, satu kali saja? Boleh?
Maafkan aku atas cerita konyolku sore ini. Tapi pagi ini aku bangun dengan segala kebimbangan. Lama aku menatap langit. Yang aku tau, aku harus menyibukkan diri saat ini. Dan aku kembali terlamun disini, bersama surat ini.
Untuk keseribu kalinya, maaf Kak.
Yours,
The One Who Love You The Most.