Renovasi Kantin Fisipol

Judulnya aneh? Wakaka aku ketawa aja.
Tau kan aku tidak bisa menyimpan memori terlalu lama, jadi mohon maaf konten kali ini aku akan bercerita hal yang mungkin akan sangat kalian benci.

Aku bertemu dia, iya dia.
Haruskah ku sebutkan namanya? Ah, sepertinya aku sudah terlalu sering menyebut namanya. Jadi kali ini, aku akan menyimpan namanya dalam doaku saja.

Sehari sebelumnya, aku mengirimkan screenshoot sebuah acara di kampusku. Kali ini demi apapun aku sangat berharap dia berkata iya, demi apapun.

"Kok keknya menarik, mau dong."

Saat itu juga, aku melompat-lompat tidak jelas. Aku senang, tentu saja. Siapa sangka hari yang aku tunggu datang juga.

Ah, aku terlalu senang.
Seharusnya tidak begitu.
Ah, semesta sedang baik saja.
Seharusnya tidak begitu.

Percaya atau tidak, dia masih terlihat sama, hanya bertambah tinggi, dan aku semakin tenggelam di sampingnya. Semoga kau tidak menyadari betapa lama aku menatapmu kemarin. Sedikitpun aku tidak melepas pandangan ku dari mu, sama sekali.

Yak, tugas memanggilku, jadi aku sedikit teralihkan.
Aku tidak tau bagaimana aku harus bercerita, aku terlalu senang. Aku bertemu dengannya.

Ku minta dia menunggu sembari aku menyelesaikan tugasku,

"Iya, ini lagi makan bareng kok,"
"Okay, terimakasih."

Kau percaya semesta? Aku juga tidak ingin.
Hari itu, aku melihatnya kembali dari jarak sejengkal, sedekat seperti dulu. Yang beberapa tahun ini, hanya untuk mendengar suaranya saja, aku seperti kucing mencuri ikan di meja makan pemilkku. Aku senang.

Terima kasih untuk jawaban dari setiap pertanyan yang ada di kepalaku.
Terima kasih untuk tidak kembali berlari maraton.
Terima kasih untuk duduk dan bercanda bersama lagi.
Terima kasih.