Sorry, no longer?
It was scariest night i've ever feel after a long time ago.
Beberapa hari lalu, 09 Januari 2020 tepatnya, dengan tekad bulat seperti tahu bulat yang digoreng dadakan, aku memutuskan untuk bangun dari tidur panjangku. Setelah sekian lama, aku memutuskan untuk keluar dari zona nyamanku, melakukan hal yang mungkin saja akan malas aku lakukan.
Bukan apapun, hanya melakukan tes kesehatan untuk persyaratan melamar pekerjaan.
I know that there was something wrong with me, I know bout it exactly. But I dont really care bout it, cause I thougt that it wasnt a big problem for just 'surat keterangan sehat jiwa dan fisik,'. Yaudah laa ya, ku kerjain sesuai dengan apa yang memang terjadi kepadaku beberapa waktu terakhir. Im not okay, but its still okay cause I can handle everything well.
Tiba di waktu pembacaan hasil pemeriksaan jiwa, aku tidak pernah merasa bahwa its means a lot for me.
"Kamu sedang kenapa?," He asked me,
"Hehehe kenapa, Pak?,"
"Hasil mu diatas rata-rata semua e. Saya ga bisa ngeluarin suratnya, buat apa to?" katanya sambil mencoret surat yang mengatakan tidak terdapat gangguan jiwa.
Mataku seketika jatuh.
Bukan apapun, tapi aku merasa senang ada yang mengatakan bahwa aku tidak baik-baik saja.
Setelah sekian lama aku bahkan tidak bisa menangis, dihadapan seseorang yang tidak ku kenal sama sekali, bahkan namanya aku tidak tau pun, aku menangis.
woy, asuklah aku. kenapa sih cengeng bgt.
It was really suck, but I felt better. Setalah segala hal yang terjadi, aku memang cuma butuh nangis untuk setidaknya merasa lebih baik.
I just knowing bout it tonight.
Aku tahu aku salah, bahwa apapun yang aku lakukan dihadapanmu adalah salah.
Hanya saja, prasangka ku terlalu jauh akan hal ini.
Lagi-lagi, aku hanya bisa pasrah?
Bahwa segalanya telah berbeda bagimu, dan tetap sama bagiku.
Biarkan ekspektasi apapun itu membunuhku bukan?
Tidak akan ada yang pernah berubah dariku,
Hanya mungkin luka ini, akan lama sembuh,
Atau perlahan jiwaku kembali lepas dari raganya.
Beberapa hari lalu, 09 Januari 2020 tepatnya, dengan tekad bulat seperti tahu bulat yang digoreng dadakan, aku memutuskan untuk bangun dari tidur panjangku. Setelah sekian lama, aku memutuskan untuk keluar dari zona nyamanku, melakukan hal yang mungkin saja akan malas aku lakukan.
Bukan apapun, hanya melakukan tes kesehatan untuk persyaratan melamar pekerjaan.
I know that there was something wrong with me, I know bout it exactly. But I dont really care bout it, cause I thougt that it wasnt a big problem for just 'surat keterangan sehat jiwa dan fisik,'. Yaudah laa ya, ku kerjain sesuai dengan apa yang memang terjadi kepadaku beberapa waktu terakhir. Im not okay, but its still okay cause I can handle everything well.
Tiba di waktu pembacaan hasil pemeriksaan jiwa, aku tidak pernah merasa bahwa its means a lot for me.
"Kamu sedang kenapa?," He asked me,
"Hehehe kenapa, Pak?,"
"Hasil mu diatas rata-rata semua e. Saya ga bisa ngeluarin suratnya, buat apa to?" katanya sambil mencoret surat yang mengatakan tidak terdapat gangguan jiwa.
Mataku seketika jatuh.
Bukan apapun, tapi aku merasa senang ada yang mengatakan bahwa aku tidak baik-baik saja.
Setelah sekian lama aku bahkan tidak bisa menangis, dihadapan seseorang yang tidak ku kenal sama sekali, bahkan namanya aku tidak tau pun, aku menangis.
woy, asuklah aku. kenapa sih cengeng bgt.
It was really suck, but I felt better. Setalah segala hal yang terjadi, aku memang cuma butuh nangis untuk setidaknya merasa lebih baik.
I just knowing bout it tonight.
Aku tahu aku salah, bahwa apapun yang aku lakukan dihadapanmu adalah salah.
Hanya saja, prasangka ku terlalu jauh akan hal ini.
Lagi-lagi, aku hanya bisa pasrah?
Bahwa segalanya telah berbeda bagimu, dan tetap sama bagiku.
Biarkan ekspektasi apapun itu membunuhku bukan?
Tidak akan ada yang pernah berubah dariku,
Hanya mungkin luka ini, akan lama sembuh,
Atau perlahan jiwaku kembali lepas dari raganya.